markazquran.org

Bahagia dalam Sujud melalui Shalat yang Menguatkan Jiwa

Dalam kehidupan modern yang penuh tantangan serta  ketidakpastian, banyak orang mencari ketenangan dan kebahagiaan melalui berbagai cara: melalui pencapaian materi, hiburan, atau pencapaian prestasi. Namun, sering kali semua itu tak menjawab kebutuhan jiwa terdalam. Dalam Islam, shalat hadir bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai jalan spiritual yang menuntun pada kebahagiaan sejati dan ketenangan hakiki.

Shalat adalah media komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya. Di dalamnya, seorang Muslim menyerahkan keluh kesahnya, memohon petunjuk, dan mendapatkan ketenangan yang tak dapat dijelaskan dengan logika. Allah SWT berfirman:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
(QS. Al-Baqarah: 45)

Dalam shalat, terdapat keintiman ruhani yang sulit ditandingi. Ia bukan sekadar gerakan fisik atau bacaan lisan, melainkan sebuah koneksi ruhani yang mempertemukan jiwa dengan Rabb-nya. Sebagaimana firman Allah:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.”
(QS. Thaha: 14)

Ketenangan yang diberikan shalat bukanlah ilusi. Ia nyata. Saat seseorang berdiri dalam keheningan malam, bertakbir dan bersujud, ia sedang menumpahkan isi hatinya kepada Sang Pencipta. Shalat adalah sarana “detoks” jiwa dari kekhawatiran dan kegelisahan dunia.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i dan Ahmad, Rasulullah ﷺ bersabda:

“جُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ”
“Kebahagiaan mataku dijadikan dalam shalat.”
(HR. Ahmad, An-Nasa’i)

Hadis ini menunjukkan bahwa shalat adalah sumber kebahagiaan Nabi, dan seharusnya juga bagi umatnya. Ketika shalat dikerjakan dengan khusyuk, jiwa menjadi lebih kuat dan hati lebih lapang.

Secara psikologis, shalat juga dapat menenangkan sistem saraf dan menurunkan stres. Gerakan shalat seperti ruku dan sujud membantu tubuh melepaskan ketegangan. Sedangkan aspek dzikir dan doa menghadirkan ketenangan batin. Ini selaras dengan firman Allah:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Shalat bukan hanya penguat jiwa, tetapi juga sumber solusi dalam menghadapi masalah. Dalam Al-Qur’an, Allah menyuruh kita untuk kembali kepada shalat saat menghadapi kesulitan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)

Nabi Muhammad ﷺ sendiri ketika menghadapi persoalan besar, selalu kembali kepada shalat. Hal ini diriwayatkan oleh Abu Dawud:

“كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى”
“Apabila Rasulullah dilanda kesulitan, beliau segera menunaikan shalat.”
(HR. Abu Dawud)

Contoh lainnya adalah Nabi Ibrahim, yang dalam segala persoalan hidupnya, senantiasa menjadikan shalat sebagai prioritas bahkan dalam doanya untuk keturunannya:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
(QS. Ibrahim: 40)

Banyak pula kisah dari para sahabat dan ulama setelah Nabi yang membuktikan keajaiban shalat. Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin tangguh, tetapi ia juga dikenal menangis dalam shalatnya. Itu menunjukkan bahwa kekuatan sejatinya bersumber dari hubungannya yang dalam dengan Allah.

Hari ini, kita bisa melihat pula banyak orang yang kembali bangkit dari keterpurukan hidup karena menemukan makna dalam shalat. Mereka yang hidup dalam tekanan, krisis, atau kehilangan, menjadikan shalat sebagai penopang hidupnya, dan perlahan mereka pulih dengan keimanan yang lebih kuat. Oleh karena itu, shalat bukan hanya rutinitas ibadah. Ia adalah ikhtiar spiritual dan solusi praktis untuk menghadapi kehidupan. Dalam setiap rakaatnya, tersimpan obat jiwa, pelipur lara, dan penuntun arah hidup yang benar.

Secara praktiknya, kita dapat memulai dengan kesadaran penuh untuk melalkukan langkah-langkah untuk mendekatkan diri melalui shalat :
1. Mengindahkan panggilan adzan khususunya shalat wajib
2. meniatkan bahwa fisik, fikiran, hati dan jiwa akan ibadah shalat yang merupakan pertemuan antara diri ini dengan Allah SWT, satu-satunya Tuhan pencipta semesta alam.
3. Berikutnya, secara kesadaran penuh jua kita memulai melangkahkan kaki ke tempat wudlu dan menjalankan rangkaian berwudlu karena Allah SWT, dengan melanggengkan niat menyucikan anggota badan yang tak luput dari kesalahan.
4. Kemudian memulai rangkaian shalat dengan menjaga syarat wajib dan sahnya, dengan hati yang tenang dan ihsan menghadap kiblat dan memanai setiap bacaan shalat mulai dari takbiratul ikhram hingga salam.
5. Berdzikir dan berdoa setelah shalat, ini adalah wujud bentuk ketawadluan dari seorang hamba bahwa diri ini milik Allah dan mencurahkan segala hal ikhwal serta hajat yang akan dilalui sebagai bentuk niat serta tawakkal menguatkan ikhtiar kehidupan dunia.

Shalat adalah hadiah terbesar dari Allah kepada hamba-Nya, terutama bagi mereka yang ingin bahagia secara utuh—lahir dan batin. Kebahagiaan itu tidak akan didapat hanya dari dunia, tetapi dari sujud yang menyentuh langit. Akhirnya, mari kita jadikan shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi sumber kekuatan, ketenangan, dan kunci bahagia sejati. Karena dalam tiap sujud, ada kelapangan jiwa. Dalam tiap doa, ada kekuatan. Dan dalam tiap rakaat, ada jalan keluar dari segala masalah.

Daftar Pustaka:

  1. Al-Qur’an al-Karim, berbagai terjemahan.
  2. HR. Ahmad, An-Nasa’i – hadis tentang “Qurratu ‘Aini fi al-Shalah”.
  3. HR. Abu Dawud – hadis Rasulullah shalat saat menghadapi masalah.
  4. Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Madarij al-Salikin.
  5. Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Bab tentang Shalat.
  6. Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, tafsir ayat-ayat tentang shalat.
  7. Tazkiyah Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta – Modul Pembinaan Ruhiyah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *